Wednesday, 17 April 2013

Baiklah, Kita Awali ....




Baiklah, kita awali cerita kali ini dari awal pagi saat sebuah adzan Subuh memanggil telinga-telinga yang tertidur pulas. Sebenarnya bukan yang pertama kali aku terbangun saat adzan subuh berkumandang. Bangunku ini adalah bangun yang kesekian kali di dunia ini. Bahwan ketika malam mulai menepi pun aku terkadang masih terjaga dengan secangkir kopi dan sebatang rokok.


Jika hendak ku awali sebuah perjalanan, awalnya tentu aku akan merencanakan akan ke mana saja aku nanti kan singgah. Tapi tidak untuk kali ini. Saat semua jadwal yang terencana sudah dipastikan aku berada di satu tempat. Hari ini aku merencanakan keluar hanya untuk membeli kondom. Jangan bertanya jika kondom menjadi sesuatu yang aku tujukan untuk ku beli. Jadwal di sini terlalu padat dengan adanya suara-suara pemberitahuan untuk berkumpul. Aku di sini adalah aku yang terjadwalkan oleh jadwal-jadwal yang mengatur. Sedangkan mereka adalah teman-temanku yang terjadwal dan menjadwalkan arti pentingnya perubahan.

Sebenarnya aku malas untuk menceritakan ini. Tapi apa kehendak hati berbicara lain. Hati ku adalah hati yang berbicara kebenaran, tak pernah sekalipun berbohong atau sekedar terselip hasrat ingin berbohong. Jika kau mempunyai hati yang bisa berbohong. Aku ingin meminjamnya barang sedetik untuk membuktikan pada dunia kalau aku benar-benar telah bisa membohongi diri sendiri dari sebuah darah menggumpal yang ada dalam diri ini.

Sebuah proses kehidupan adalah sebuah cerita dengan berbagai episode yang tercipta dan telah tersekenario oleh Tuhan. Jikalau boleh aku meninggalkan agama yang menempel dalam diriku barang sejenak. Aku ingin menciptakan ceritaku sendiri tanpa tersangkut tinta Tuhan, dan tanpa penyesalan yang ada di ujungnya. Aku akan membuat sebuah episode tanpa air mata yang terselesaikan atau sebuah ending yang bahagia. Cerita-cerita di telingaku begitu mengharu biru dan lebay. Ada yang tertawa dengan kemenangan, ada yang bersedih dengan keberhasilan yang tertunda, dan masih ada-ada saja yang lainnya yang tak perlu sekiranya aku paparkan dalam lembaran kertas yang tak perlu dilembarkan.

Kita adalah satu kesatuan tanpa kata. Sebab kata hanyalah sebuah alasan yang bertele-tele untuk sebuah ungkapan atau pernyataan. Masih banyak alasan-alasan dari berbagai pertemuan dalam setiap waktu yang terlewati atau sedang terjalani. Sebuah kendang hanya terpajang tanpa suara tanpa tabuhan tangan. Begitupun sepasang kecapi yang tak tersentuh lambaian jemari lentik pemainnya. Kaca-kaca yang besar menghalangi udara asli yang membawa panas natural. Dingin ini hanyalah sebuah ciptaan yang terlalu dibuat-buat.
...........................................

4 comments:

  1. "Hari ini aku merencanakan keluar hanya untuk membeli kondom. Jangan bertanya jika kondom menjadi sesuatu yang aku tujukan untuk ku beli"

    #aku gak akan bertanya

    ReplyDelete