Baiklah,
kita awali cerita kali ini dari awal pagi saat sebuah adzan Subuh memanggil
telinga-telinga yang tertidur pulas. Sebenarnya bukan yang pertama kali aku
terbangun saat adzan subuh berkumandang. Bangunku ini adalah bangun yang
kesekian kali di dunia ini. Bahwan ketika malam mulai menepi pun aku terkadang
masih terjaga dengan secangkir kopi dan sebatang rokok.
Jika
hendak ku awali sebuah perjalanan, awalnya tentu aku akan merencanakan akan ke
mana saja aku nanti kan singgah. Tapi tidak untuk kali ini. Saat semua jadwal
yang terencana sudah dipastikan aku berada di satu tempat. Hari ini aku
merencanakan keluar hanya untuk membeli kondom. Jangan bertanya jika kondom
menjadi sesuatu yang aku tujukan untuk ku beli. Jadwal di sini terlalu padat
dengan adanya suara-suara pemberitahuan untuk berkumpul. Aku di sini adalah aku
yang terjadwalkan oleh jadwal-jadwal yang mengatur. Sedangkan mereka adalah
teman-temanku yang terjadwal dan menjadwalkan arti pentingnya perubahan.
Sebenarnya
aku malas untuk menceritakan ini. Tapi apa kehendak hati berbicara lain. Hati
ku adalah hati yang berbicara kebenaran, tak pernah sekalipun berbohong atau
sekedar terselip hasrat ingin berbohong. Jika kau mempunyai hati yang bisa
berbohong. Aku ingin meminjamnya barang sedetik untuk membuktikan pada dunia
kalau aku benar-benar telah bisa membohongi diri sendiri dari sebuah darah
menggumpal yang ada dalam diri ini.
Sebuah
proses kehidupan adalah sebuah cerita dengan berbagai episode yang tercipta dan
telah tersekenario oleh Tuhan. Jikalau boleh aku meninggalkan agama yang
menempel dalam diriku barang sejenak. Aku ingin menciptakan ceritaku sendiri
tanpa tersangkut tinta Tuhan, dan tanpa penyesalan yang ada di ujungnya. Aku
akan membuat sebuah episode tanpa air mata yang terselesaikan atau sebuah
ending yang bahagia. Cerita-cerita di telingaku begitu mengharu biru dan lebay.
Ada yang tertawa dengan kemenangan, ada yang bersedih dengan keberhasilan yang
tertunda, dan masih ada-ada saja yang lainnya yang tak perlu sekiranya aku
paparkan dalam lembaran kertas yang tak perlu dilembarkan.
Kita
adalah satu kesatuan tanpa kata. Sebab kata hanyalah sebuah alasan yang
bertele-tele untuk sebuah ungkapan atau pernyataan. Masih banyak alasan-alasan
dari berbagai pertemuan dalam setiap waktu yang terlewati atau sedang
terjalani. Sebuah kendang hanya terpajang tanpa suara tanpa tabuhan tangan.
Begitupun sepasang kecapi yang tak tersentuh lambaian jemari lentik pemainnya.
Kaca-kaca yang besar menghalangi udara asli yang membawa panas natural. Dingin ini
hanyalah sebuah ciptaan yang terlalu dibuat-buat.
...........................................
awali dengan basmallah gan heheheh
ReplyDeleteuke cuy. heu heu heu
Delete"BASMALLAH..." :D
"Hari ini aku merencanakan keluar hanya untuk membeli kondom. Jangan bertanya jika kondom menjadi sesuatu yang aku tujukan untuk ku beli"
ReplyDelete#aku gak akan bertanya
heu heu mampir juga ke blogku. heu heu
Delete