Friday, 30 November 2012

Coretan Anak Rantau Di Kampung Halaman

Tanah kelahiran
Kerinduan ini telah lama terpendam di kala dulu menanti
Detik peradaban berganti dari hari ke hari
Dari minggu ke minggu
Dari bulan ke bulan
Kumandang demi kumandang bersahut menyerukan nama-Nya
Dari sudut timur sampai ujung barat
Bergema menusuk qolbu kering yang panas
Membakar semua problema dalam mengais tetes rezeki
Nama-Nya selalu menentramkan jiwa yang haus…
Kerinduan terobati dengan lipatan di dalam ramadhan
Dalam shoum menahan… di atas tadarus…
Di malam ganjil terakhir ramadhan…
                                                            Bengkulu, 30082011

Tiada suka yang terlewati dalam hari
Duka yang mengiringi pun menjadi arti di dalamnya
Setiap perbuatan menggores tinta dalam hati
Setiap kata menggema dalam sanubari
Lantunan irama takbir melelehkan ego
Tanggal penentuan…
Arti harga diri hilang dalam hari fitri
Tak berguna alasan demi gengsi tiada maaf
Semua terasa sia-sia kala cacat tak terungkap dalam ikhlas
Dan semua terasa kering dengan ucapan hati tak memaafkan
Tanggal penentuan…
Kembali fitri
                                                            Bengkulu, 30082011

Begitu banyak kisah yang terukir dalam perjalanan panjang ini
Panjang menurut ku
Tetapi singkat dimata-Nya
Manaqib kehidupan tertulis dalam lembaran kertas arsy’
Dengan Ainul Qolam Ilahiah merenda butiran-butiran air yang mengalir
Dari tiada menjadi ada
Dan kembali tak ada
Menjadi ada…
Menjadi selamanya… selama-lamanya
                                                            Bengkulu, 30082011

Hitungan hari mengingatkanku pada sebuah masa
Dimana kita berdua bergandeng tangan menjalani samudra cinta
Meniti jalan setapak melewati duri-duri rumput manusia dalam sela-sela bebatuan
Tajam kerikil yang menusuk hati terasa nikmat saat kita hadapi dengan hati tenang
Kau menyirami mawar di hati dengan air es
Dengan embun salju ku hiasi melati di hatimu memadamkan api yang mendekat
Hari-hari kita habiskan dengan meminum madu
Tanpa menghiraukan pahit sengatan lebah yang datang
Karena itu hanya hiasan perjalanan demi kebahagiaan
Senyummu menebar ke seluruh gelisah oleh tiupan angin
Sikap ini menghujankan air ke tanah kering dengan padang ilalang yang layu
Semua terjadi dulu….
Samudra yang kita arungi mengamuk dengan badai fitnah
Hiu-hiu bertaring menusuk daging hati memakan semua mawar dan melati
Kita telah mati dalam perasaan ini…
Semua takkan pernah kembali seindah dulu…
Impian yang selalu ingin menggandeng tanganmu telah tenggelam di dalam samudra
Embun saljuku mencair seiring air es mu membeku
Takkan pernah terulang lagi…
                                                            Bengkulu, 30082011

No comments:

Post a Comment