Tanah kelahiran |
Kerinduan ini
telah lama terpendam di kala dulu menanti
Detik peradaban
berganti dari hari ke hari
Dari minggu ke
minggu
Dari bulan ke
bulan
Kumandang demi
kumandang bersahut menyerukan nama-Nya
Dari sudut
timur sampai ujung barat
Bergema menusuk
qolbu kering yang panas
Membakar semua
problema dalam mengais tetes rezeki
Nama-Nya selalu
menentramkan jiwa yang haus…
Kerinduan
terobati dengan lipatan di dalam ramadhan
Dalam shoum
menahan… di atas tadarus…
Di malam ganjil
terakhir ramadhan…
Bengkulu,
30082011
Tiada suka yang
terlewati dalam hari
Duka yang
mengiringi pun menjadi arti di dalamnya
Setiap
perbuatan menggores tinta dalam hati
Setiap kata
menggema dalam sanubari
Lantunan irama
takbir melelehkan ego
Tanggal penentuan…
Arti harga diri
hilang dalam hari fitri
Tak berguna
alasan demi gengsi tiada maaf
Semua terasa
sia-sia kala cacat tak terungkap dalam ikhlas
Dan semua
terasa kering dengan ucapan hati tak memaafkan
Tanggal
penentuan…
Kembali fitri
Bengkulu,
30082011
Begitu banyak
kisah yang terukir dalam perjalanan panjang ini
Panjang menurut
ku
Tetapi singkat
dimata-Nya
Manaqib
kehidupan tertulis dalam lembaran kertas arsy’
Dengan Ainul
Qolam Ilahiah merenda butiran-butiran air yang mengalir
Dari tiada menjadi
ada
Dan kembali tak
ada
Menjadi ada…
Menjadi
selamanya… selama-lamanya
Bengkulu,
30082011
Hitungan hari
mengingatkanku pada sebuah masa
Dimana kita
berdua bergandeng tangan menjalani samudra cinta
Meniti jalan
setapak melewati duri-duri rumput manusia dalam sela-sela bebatuan
Tajam kerikil
yang menusuk hati terasa nikmat saat kita hadapi dengan hati tenang
Kau menyirami
mawar di hati dengan air es
Dengan embun
salju ku hiasi melati di hatimu memadamkan api yang mendekat
Hari-hari kita
habiskan dengan meminum madu
Tanpa
menghiraukan pahit sengatan lebah yang datang
Karena itu
hanya hiasan perjalanan demi kebahagiaan
Senyummu
menebar ke seluruh gelisah oleh tiupan angin
Sikap ini
menghujankan air ke tanah kering dengan padang ilalang yang layu
Semua terjadi
dulu….
Samudra yang
kita arungi mengamuk dengan badai fitnah
Hiu-hiu
bertaring menusuk daging hati memakan semua mawar dan melati
Kita telah mati
dalam perasaan ini…
Semua takkan
pernah kembali seindah dulu…
Impian yang
selalu ingin menggandeng tanganmu telah tenggelam di dalam samudra
Embun saljuku
mencair seiring air es mu membeku
Takkan pernah
terulang lagi…
Bengkulu,
30082011
No comments:
Post a Comment