Dari perjalananku
menuju Semeru sampai aku pulang. Setidaknya aku menjumpai berbagai kebahagiaan.
Kebahagiaan pertama
adalah kebahagiaan mendapatkan angkutan menuju Semeru.
Kebahagiaan kedua
adalah aku bisa merasakan nikmatnya perjalanan.
Kebahagiaan ke-tiga
adalah ketika aku sampai di kota Malang tepatnya Pasar Tumpang. Aku merasakan
betapa dekatnya aku dengan impian.
Kebahagiaan ke-empat
adalah saat aku melangkahkan kaki di Ranu Pani, pintu pendakian menuju Semeru.
Kebahagiaan ke-lima
adalah saat aku mencapai pos pertama di jalur pendakian. Pos selanjutnya tak
memberikan refleksi apa-apa terhadapku.
Kebahagiaan ke-tujuh
adalah saat aku menatap kemegahan bukit-bukit cinta di sekeliling Ranu Kumbolo.
Tentu aku akan bercerita khusus tentang kebahagiaan kedelapan di Ranu Kumbolo.
Kebahagiaan ke-sembilan
adalah ketika aku memandang bukit “ V ” yang matahari bersinar di tengahnya.
Aku tak bisa melupakan keindahan dan kebahagiaan ke-sepuluh saat aku mendaki
tanjakan cinta
Sejenak kebahagiaanku
menghilang. Aku melewatkan Taman Lavender. Perjalananku pun tertunda di Ranu
Kumbolo. Aku tak melanjutkan ke Oro-oro Ombo, lalu menapaki Kali Mati dengan
mata air Sumber Mani serta melewati Arcopodo yang sangat dekat dengan Maha Meru.
Sepertinya aku
harus kembali datang ke sini untuk menuntaskan impian dan menjemputnya.
Aku merasakan
kebahagiaan yang ke-sebelas saat aku berjalan turun dari Semeru. Sepertinya aku
benar-benar merindukan kamar manjaku.
Kebahagiaanku yang
ke-dua belas adalah saat aku mencapai puncak Ayeg-ayeg.
Kebahagiaan
yang ke-tiga belas adalah saat aku mencapai bawah tepatnya di pos pelaporan. Kakiku
yang terasa remuk dan bengkak karena dislokasi pada pergelangan kaki kanan
sebab aku terpeleset dan jatuh, tak aku rasakan saat aku sampai di bawah.
Kebahagiaan yang
ke-empat belas adalah saat aku dan kawan-kawan menaiki mobil perjalanan pulang
ke Tumpang. Tempat pemutus kendaraan menuju Semeru.
Kebahagiaanku yang
ke-lima belas adalah saat aku sampai di terminal Arjosari, Malang.
Aku benar-benar
lelah dan terlelap di tengah kebisingan suara mesin-mesin terminal. Kebahagiaanku
tertunda lagi. Aku masih terjebak di terminal Arjosari, Malang.
Mungkin kebahagiaanku
selanjutnya adalah saat aku di dalam bis perjalanan pulang ke Surabaya, lalu
aku mendapatkan bis menuju Jogja, setelah itu aku bertemu Vario hitamku dan
memacunya sampai tempat terindah dalam melabuhkan segala penat.
Wonosobo,
kamar kemanjaanku.
Setelah aku
menulis kebahagiaan perjalananku. Kenyataanya sampai saat ini adalah aku masih
terdampar di Malang dengan semua kerinduan.
Arjosari,
1305’13
No comments:
Post a Comment