Wednesday, 15 May 2013

KEBAHAGIAANKU



Dari perjalananku menuju Semeru sampai aku pulang. Setidaknya aku menjumpai berbagai kebahagiaan.
Kebahagiaan pertama adalah kebahagiaan mendapatkan angkutan menuju Semeru.



Kebahagiaan kedua adalah aku bisa merasakan nikmatnya perjalanan.
Kebahagiaan ke-tiga adalah ketika aku sampai di kota Malang tepatnya Pasar Tumpang. Aku merasakan betapa dekatnya aku dengan impian.

Kebahagiaan ke-empat adalah saat aku melangkahkan kaki di Ranu Pani, pintu pendakian menuju Semeru.
Kebahagiaan ke-lima adalah saat aku mencapai pos pertama di jalur pendakian. Pos selanjutnya tak memberikan refleksi apa-apa terhadapku.
Kebahagiaan ke-tujuh adalah saat aku menatap kemegahan bukit-bukit cinta di sekeliling Ranu Kumbolo. Tentu aku akan bercerita khusus tentang kebahagiaan kedelapan di Ranu Kumbolo.

Kebahagiaan ke-sembilan adalah ketika aku memandang bukit “ V ” yang matahari bersinar di tengahnya. Aku tak bisa melupakan keindahan dan kebahagiaan ke-sepuluh saat aku mendaki tanjakan cinta
Sejenak kebahagiaanku menghilang. Aku melewatkan Taman Lavender. Perjalananku pun tertunda di Ranu Kumbolo. Aku tak melanjutkan ke Oro-oro Ombo, lalu menapaki Kali Mati dengan mata air Sumber Mani serta melewati Arcopodo yang sangat dekat dengan Maha Meru.

Sepertinya aku harus kembali datang ke sini untuk menuntaskan impian dan menjemputnya.
Aku merasakan kebahagiaan yang ke-sebelas saat aku berjalan turun dari Semeru. Sepertinya aku benar-benar merindukan kamar manjaku.
Kebahagiaanku yang ke-dua belas adalah saat aku mencapai puncak Ayeg-ayeg.
Kebahagiaan yang ke-tiga belas adalah saat aku mencapai bawah tepatnya di pos pelaporan. Kakiku yang terasa remuk dan bengkak karena dislokasi pada pergelangan kaki kanan sebab aku terpeleset dan jatuh, tak aku rasakan saat aku sampai di bawah.
Kebahagiaan yang ke-empat belas adalah saat aku dan kawan-kawan menaiki mobil perjalanan pulang ke Tumpang. Tempat pemutus kendaraan menuju Semeru.
Kebahagiaanku yang ke-lima belas adalah saat aku sampai di terminal Arjosari, Malang.
Aku benar-benar lelah dan terlelap di tengah kebisingan suara mesin-mesin terminal. Kebahagiaanku tertunda lagi. Aku masih terjebak di terminal Arjosari, Malang.


Mungkin kebahagiaanku selanjutnya adalah saat aku di dalam bis perjalanan pulang ke Surabaya, lalu aku mendapatkan bis menuju Jogja, setelah itu aku bertemu Vario hitamku dan memacunya sampai tempat terindah dalam melabuhkan segala penat.
Wonosobo, kamar kemanjaanku.
Setelah aku menulis kebahagiaan perjalananku. Kenyataanya sampai saat ini adalah aku masih terdampar di Malang dengan semua kerinduan.

Arjosari, 1305’13


No comments:

Post a Comment