Wednesday 26 June 2013

Kenyataan Di balik Embel-embel "GUS"


Dalam dunia Pesantren Jawa, biasanya anak Kiyai yang laki-laki dipanggil "GUS" sedangkan untuk yang perempuan dipanggil "NING" atau "NENK".



Panggilan "GUS" tidak hanya berlaku untuk anak Kiyai. Biasanya santri-santri yang mempunyai ilmu dan pemahaman yang lebih tinggi juga dipanggil "GUS", dan tidak berarti semua anak Kiyai yang dipanggil "GUS" itu mempunyai ilmu dan pemahaman agama yang lebih tinggi. Bahkan banyak di antara "Kang-kang Santri" lebih pintar dari seorang anak Kiyai yang dipanggil "GUS" tersebut. Sebagian "GUS" ada yang belajar dengan "Kang Santri" tanpa gengsi, juga ada yang tak mau belajar dikarenakan ego yang tinggi.

Seorang guru "Keren" yang beliau juga seorang "GUS" dari salah seorang Kiyai pernah berkata, kalau status "GUS" itu ada tiga tingkatan di dunia ini.
Pertama "Gus Nasab", kedua "Gus Nasib", dan ketiga "Gus Nusub". Dilihat dari tingkatan tersebut, jelas tampak perbedaan yang mencolok.

Pertama "Gus Nasab", ialah orang yang memang secara urutan nasab mengarah pada bapaknya yang Kiyai. Mungkin juga kakek dan buyutnya juga seorang Kiyai, tetapi tidak menutup kemungkinan ia mendapatkan nasab "GUS" itu dari ayahnya saja.

Kedua "Gus Nasib", ialah orang yang entah secara keberuntungan atau karena jerih payah mencari ilmu agama di pesantren, ia dipanggil dengan sebutan "GUS". Biasanya orang ini disegani karena keilmuannya yang tinggi. Gus Nasib yang beruntung, biasanya mereka dijodohkan sang Kiyai dengan anak perempuannya, atau biasa disebut dengan "NING/NENK". Inilah yang dinamakan "Gus Nasib" atau nasib yang memilihnya menjadi "GUS".

Ketiga adalah "Gus Nusub". Mereka yang masuk dalam kriteria tingkatan ini adalah orang-orang yang berambisi besar. Entah saking terobsesinya ingin menjadi "GUS" atau niatan lain, mereka sengaja "nusub-nusub" (mencari celah untuk masuk) dengan mencari hati di hati para "NING/NENK".

Mereka yang berada di tingkatan "Gus Nusub", terkadang juga mencari perhatian di mata sang Kiyai dengan cara apapun, berharap mereka dijodohkan dengan anak perempuannya.

Sedikit sekali orang yang bisa masuk ke 'maqam' "Gus Nusub". Tak sembarangan orang bisa 'nusub-nusub' mendapatkan hati sang Kiyai untuk dijodohkan pada putrinya. Dari berbagai kisah yang ada, kebanyakan orang yang sampai pada 'maqam' "Gus Nusub" mereka dicoba dengan banyak penyakit hati, adapun penyakit hati tersebut antara lain: sombong, ujub, kemaki, sikak, luwak, dan lain sebagainya.

Pada kenyataannya, jarang sekali mereka yang berada pada 'maqam' "Gus Nusub" bisa melewati cobaan tersebut. Dan bagi mereka yang lulus dari cobaan, mereka cenderung untuk masuk pada sikap "ngoco ing njero" (instropeksi). Begitu ketat dan berat bagi mereka yang ingin mencapai 'maqam' "Gus Nusub".

Jelas sudah perbedaan 'maqam' antara "Gus Nasab, Gus Nasib, dan Gus Nusub". Apapun perbedaannya tetap saja mereka adalah orang yang dipanggil dengan sebutan "GUS". Tidak peduli anak seorang Kiyai, tidak menutup kemungkinan dia orang pintar agama, atau tidak menutup kemungkinan dia orang yang terobsesi dan mempunyai 'GHIRAH' yang tinggi, bahkan tidak menutup kemungkinan dia seorang pecandu dan pemabuk.

Setiap orang bisa saja dipanggil "GUS". Berbahagialah mereka yang mempunyai gelar "GUS". Keterangan di atas pun berlaku juga untuk mereka yang mempunyai gelar "NENK/NING".
Insya Allah Kiamat Masih Lama.
Amiiin...

8 comments:

  1. Saya malah baru tahu kalo arti dibalik kata GUS ternyata orang yang dilabeli karena pengetahuan tentang agamanya(Jawa). Saya juga baru tahu kalo ada tingkatan-tingakatan kaya begitu...

    Ukt golongan Gus yang trakhir kesannya kaya... oke sperti gitulah, toh udh dibahas di atas :D

    Terima kasih postingannya, udh lama juga gak mampir di sini :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha hanya OPLES doank om. "Opini Plesetan" hahahaha

      Delete
    2. btw walopun sebatas opini plesetan tapi se-gak2nya nasih gambaran ke saya dari istilah Gus yang diambil dari budaya pesantren Jawanya :D

      Delete
    3. :D gambaran kanvas apa gambaran siam?

      Delete
  2. namun sayang, panggilan Gus itu apada hakikatnya adalah tidak ada, dan kalau ada maka harus segera dihapus, karena itu hanyalah kultur yang akan merenggangkan hubungan sesama.

    ReplyDelete
  3. Saya orang Sumatra ...
    Bangga dengan sebutan Gus .. karena itu adalah budaya Indonesia ... Sebutan Gus kalo ditelusuri ada si setiap suku-suku di Indonesia ..
    Menghormati Gus berarti menghormati ayahnya .. yang tentu adalah pewaris ajaran Nabi ... Kalo kita sembarangan sama putra Kyai .. Bagaimana kalo sang Kyai hatinya sedih ... bagaimana kalo Nabi kemudian Sedih karena Kyai kesayangan Nabi hatinya sedih ... Bagaimana kalo Allah tidak ridho .. karena Nabi Nya sedih !?!?!?!?!?
    ---------------------------------------
    Itu maksud pemberian gelar Gus ... agar kita tidak sembarangan, apalagi terhadap anak Kyai ...

    ReplyDelete
  4. ni juga gus koplak
    http://regional.kompas.com/read/2017/05/10/15213361/tommy.soeharto.dianugerahi.gelar.gus.oleh.ulama.di.jatim

    ReplyDelete
  5. Yah tapi sayangnya banyak para "Gus" saat ini banyak juga yg saling bantah sesama pemuka agama yg lain...mudah2an tidak terjadi perpecahan umat bergama umumnya dan umat islam khususnya amiiin yaa rabbull allamin......

    ReplyDelete