Friday, 1 February 2013

Cerbung: Santri VS Sosial Media 1



Oleh: M. Ngafif Sahri[1]

Sambil menyeruput es jeruknya, Samu mengotak-ngatik Hp di pinggir alun-alun.
“Kamu lagi apa tho lek?”, tanya Guteng penasaran sambil melirik-lirik Hp Samu.
“Ini aku lagi manuk-manuk’an alias Twitteran.”, jawab Samu masih memencet-mencet Hp nya.
“Teateran? Emang ada po teater di Hp?”
“Ini Twitter Teng… Guteng… bukan teater. Jadi twitter itu sebuah jaringan informasi yang terdiri dari pesan 140 karakter yang disebut Tweet. Ini adalah sebuah cara baru yang
mudah untuk menemukan berita terbaru apa yang sedang terjadi saat ini. Ampuh tho?”
“Oh tak kira, yo maaf lek. Kupingku ketutupan rambut gondrong. Emang berita apa tho lek yang sedang terjadi saat ini?”, Guteng penasaran.
“Emmm, dadi ngene Teng. Dari berita yang tak baca di sini, itu sedang rame-ramenya membicarakan Sosial Media. Kamu tahu Sosial Media itu apa?”, tanya Samu pada Guteng.
“Alah lek, aku ini ndak tau yang begituan, aku itu santri lek. Di pondok kerjanya cuma ngaji thok. Bukaknya juga mung kitab sama buku.”
“Guteng… Guteng… kamu santri kok nggak Up To Date. Yo wes, tak kasih tau, biar kamu ndak katrok-katrok banget, terus biar kamu nggak ketinggalan perkembangan zaman. Jadi gini Teng, Sosial Media itu adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.[2] Gimana? Jelas ndak?”
“Yo mandan jelas sitik lek, terus inti dari berita yang menyampaikan Sosial Media iku opo lek?”
“Kamu penasaran tho?”, tanya Samu.
“Ho’oh lek, penasaran aku. Lanjutke ngomonge lek.”
Waaah iki kudu tambah es jeruk iki, telakku garing jhe.”
“Beres iku lek. Sek yo tak pesenke rumiyin.”, Guteng berjalan menuju bakul es yang ada di grobak dodolan. Terlihat jarinya yang mengacung sedang memesan jumlah. Ia kembali berjalan mendekati Samu yang masih ngutak-atik tombol Hp nya.
Udara di bawah beringin pinggir alun-alun ini memang sangat menyejukkan. Di pinggir sana, tepatnya di dekat pendopo alun-alun sebelah utara. Sepasang kekasih yang belum halal sedang menikmati hidup dengan tawa yang terlihat renyah sekali. Di dekat halte sebelah barat alun-alun, tepatnya di seberang jalan. Supir-supir angkot yang memarkir kendaraannya tampak leyeh-leyeh sambil menikmati udud atau rokoknya. Hilir kendaraan yang melintasi alun-alun pun juga terlihat tenang, tertib, dan penuh pandangan dari pengendaranya.
Wes tak pesenke. Monggo dilanjut lek.”, datang Guteng sambil menepuk dengkul samu.
“Oke. Tadi sampe mana kita ngomong?”, tanya Samu.
“Sampai inti dan maksud tujuan adanya Sosial Media lek.”, jelas Guteng.
“Oh iya, jadi gini Teng. Pesatnya perkembangan media sosial sekarang itu dikarenakan semua orang seperti kita ini bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan sosial media dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna sosial media dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya.”, Guteng terhanyut dalam penjelasan Samu, sesekali ia tampak manggut-manggut paham. Di lain kesempatan Guteng sesekali bertanya tentang kata yang masih asing di telinganya.
Penjual es jeruk pun datang membawa pesanan Guteng. Percakapan terhenti sebentar, lalu berlanjut lagi sampai penjelasan Samu.
“Nah... Media sosial atau sosial media, itu memiliki kelebihan dibandingkan dengan media konvensional, antara lain : Satu, Kesederhanaan, artinya, dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul. Sedangkan media sosial sangat mudah digunakan, bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya, yang dibutuhkan hanyalah komputer dan koneksi internet. Kedua, Membangun Hubungan, artinya: Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi untuk berinteraksi dengan  pelanggan dan membangun hubungan. Perusahaan mendapatkan sebuah feedback langsung, ide, pengujian dan mengelola layanan pelanggan dengan cepat. Tidak dengan media tradisional yang tidak dapat melakukan hal tersebut, media tradisional hanya melakukan komunikasi satu arah. Ketiga, Jangkauan Global, maksudnya. Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu. Melalui media sosial, bisnis dapat mengkomunikasikan informasi dalam sekejap, terlepas dari lokasi geografis. Media sosial juga memungkinkan untuk menyesuaikan konten kamu untuk setiap segmen pasar dan memberikan kesempatan bisnis untuk mengirimkan pesan ke lebih banyak pengguna. Dan keempat, Terukur, artinya. Dengan sistem tracking yang mudah, pengiriman pesan dapat terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui efektifitas promosi. Tidak demikian dengan media konvensional yang membutuhkan waktu yang lama.”[3], jelas Samu.
“Berarti bisa promosi apapun lewat Sosial Media secara gratis dong lek?”, tanya Guteng.
“Ya, ada yang gratis ada juga yang berbayar”, jelas Samu.
Guteng manggut-manggut. “Oh gitu tho lek. Kok ampuh banget ya?”, tanya Guteng.
“Ya begitulah Teng, sek tak ngumbe sek. Ket mau ngomong rak ngumbe-ngumbe.”, Guteng mengambilkan es jeruk Samu. Samu tampak glegek-glegek menikmati es jeruknya. Guteng pun turut meminum es jeruknya. Keduanya begitu asyik tenggelam dalam diskusi kecil bawah beringin.

BERSAMBUNG.....



[1]  M.Ngafif Sahri adalah Mahasiswa Tafsir Hadits semester banyak di Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo yang tengah nyantri di PonPes  Al-Asy’ariyyah Kalibeber, Wonosobo. Aktif di Komunitas Matapena, Relawan KSR PMI Unit UNSIQ, dan aktif menulis di Blogger www.sajakanakrantau.blogspot.com

No comments:

Post a Comment