Oleh: M. Ngafif Sahri[1]
Sambil menyeruput es jeruknya, Samu mengotak-ngatik Hp
di pinggir alun-alun.
“Kamu lagi apa tho
lek?”, tanya Guteng penasaran sambil melirik-lirik Hp Samu.
“Ini aku lagi manuk-manuk’an alias Twitteran.”, jawab
Samu masih memencet-mencet Hp nya.
“Teateran? Emang ada po teater di Hp?”
“Ini Twitter Teng… Guteng… bukan teater. Jadi twitter
itu sebuah jaringan informasi yang terdiri dari pesan 140 karakter yang disebut
Tweet. Ini adalah sebuah cara baru yang
mudah untuk menemukan berita terbaru apa yang sedang terjadi saat ini. Ampuh tho?”
mudah untuk menemukan berita terbaru apa yang sedang terjadi saat ini. Ampuh tho?”
“Oh tak kira, yo maaf lek. Kupingku ketutupan rambut
gondrong. Emang berita apa tho lek
yang sedang terjadi saat ini?”, Guteng penasaran.
“Emmm, dadi
ngene Teng. Dari berita yang tak baca di sini, itu sedang rame-ramenya
membicarakan Sosial Media. Kamu tahu Sosial Media itu apa?”, tanya Samu pada
Guteng.
“Alah lek, aku ini ndak tau yang begituan, aku itu
santri lek. Di pondok kerjanya cuma ngaji thok.
Bukaknya juga mung kitab sama buku.”
“Guteng… Guteng… kamu santri kok nggak Up To Date. Yo wes, tak kasih tau, biar
kamu ndak katrok-katrok banget, terus biar kamu nggak ketinggalan perkembangan zaman.
Jadi gini Teng, Sosial Media itu adalah sebuah media online, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di
seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online
yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis
web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.[2]
Gimana? Jelas ndak?”
“Yo mandan
jelas sitik lek, terus inti dari
berita yang menyampaikan Sosial Media iku
opo lek?”
“Kamu penasaran tho?”, tanya Samu.
“Ho’oh lek, penasaran aku. Lanjutke ngomonge lek.”
“Waaah iki kudu
tambah es jeruk iki, telakku garing jhe.”
“Beres iku
lek. Sek yo tak pesenke rumiyin.”,
Guteng berjalan menuju bakul es yang ada di grobak dodolan. Terlihat jarinya
yang mengacung sedang memesan jumlah. Ia kembali berjalan mendekati Samu yang
masih ngutak-atik tombol Hp nya.
Udara di bawah beringin pinggir alun-alun ini memang
sangat menyejukkan. Di pinggir sana, tepatnya di dekat pendopo alun-alun
sebelah utara. Sepasang kekasih yang belum halal sedang menikmati hidup dengan
tawa yang terlihat renyah sekali. Di dekat halte sebelah barat alun-alun,
tepatnya di seberang jalan. Supir-supir angkot yang memarkir kendaraannya
tampak leyeh-leyeh sambil menikmati
udud atau rokoknya. Hilir kendaraan yang melintasi alun-alun pun juga terlihat
tenang, tertib, dan penuh pandangan dari pengendaranya.
“Wes tak pesenke.
Monggo dilanjut lek.”, datang Guteng
sambil menepuk dengkul samu.
“Oke. Tadi sampe mana kita ngomong?”, tanya Samu.
“Sampai inti dan maksud tujuan adanya Sosial Media
lek.”, jelas Guteng.
“Oh iya, jadi gini Teng. Pesatnya perkembangan media
sosial sekarang itu dikarenakan semua orang seperti kita ini bisa memiliki
media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio,
atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain
halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan
sosial media dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun,
tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita
sebagai pengguna sosial media dengan bebas bisa mengedit, menambahkan,
memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content
lainnya.”, Guteng terhanyut dalam penjelasan Samu, sesekali ia tampak
manggut-manggut paham. Di lain kesempatan Guteng sesekali bertanya tentang kata
yang masih asing di telinganya.
Penjual es jeruk pun datang membawa pesanan Guteng.
Percakapan terhenti sebentar, lalu berlanjut lagi sampai penjelasan Samu.
“Nah... Media sosial atau sosial media, itu memiliki
kelebihan dibandingkan dengan media konvensional, antara lain : Satu, Kesederhanaan,
artinya, dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan
tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul. Sedangkan media sosial
sangat mudah digunakan, bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat
mengaksesnya, yang dibutuhkan hanyalah komputer dan koneksi internet. Kedua, Membangun
Hubungan, artinya: Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi
untuk berinteraksi dengan pelanggan dan
membangun hubungan. Perusahaan mendapatkan sebuah feedback langsung, ide,
pengujian dan mengelola layanan pelanggan dengan cepat. Tidak dengan media
tradisional yang tidak dapat melakukan hal tersebut, media tradisional hanya
melakukan komunikasi satu arah. Ketiga, Jangkauan Global, maksudnya. Media
tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja dengan biaya
sangat mahal dan memakan waktu. Melalui media sosial, bisnis dapat
mengkomunikasikan informasi dalam sekejap, terlepas dari lokasi geografis.
Media sosial juga memungkinkan untuk menyesuaikan konten kamu untuk setiap
segmen pasar dan memberikan kesempatan bisnis untuk mengirimkan pesan ke lebih
banyak pengguna. Dan keempat, Terukur, artinya. Dengan sistem tracking
yang mudah, pengiriman pesan dapat terukur, sehingga perusahaan langsung dapat
mengetahui efektifitas promosi. Tidak demikian dengan media konvensional yang
membutuhkan waktu yang lama.”[3],
jelas Samu.
“Berarti bisa promosi apapun lewat Sosial Media secara
gratis dong lek?”, tanya Guteng.
“Ya, ada yang gratis ada juga yang berbayar”, jelas
Samu.
Guteng manggut-manggut. “Oh gitu tho lek. Kok ampuh
banget ya?”, tanya Guteng.
“Ya begitulah Teng, sek tak ngumbe sek. Ket mau
ngomong rak ngumbe-ngumbe.”, Guteng mengambilkan es jeruk Samu. Samu tampak
glegek-glegek menikmati es jeruknya.
Guteng pun turut meminum es jeruknya. Keduanya begitu asyik tenggelam dalam
diskusi kecil bawah beringin.
BERSAMBUNG.....
[1] M.Ngafif Sahri adalah Mahasiswa Tafsir Hadits
semester banyak di Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo
yang tengah nyantri di PonPes
Al-Asy’ariyyah Kalibeber, Wonosobo. Aktif di Komunitas Matapena, Relawan
KSR PMI Unit UNSIQ, dan aktif menulis di Blogger www.sajakanakrantau.blogspot.com
No comments:
Post a Comment