Friday 30 November 2012

Sad piano (this will make you cry)

Sad piano (this will make you cry)

Coretan Anak Rantau Di Kampung Halaman

Tanah kelahiran
Kerinduan ini telah lama terpendam di kala dulu menanti
Detik peradaban berganti dari hari ke hari
Dari minggu ke minggu
Dari bulan ke bulan
Kumandang demi kumandang bersahut menyerukan nama-Nya
Dari sudut timur sampai ujung barat
Bergema menusuk qolbu kering yang panas
Membakar semua problema dalam mengais tetes rezeki
Nama-Nya selalu menentramkan jiwa yang haus…
Kerinduan terobati dengan lipatan di dalam ramadhan
Dalam shoum menahan… di atas tadarus…
Di malam ganjil terakhir ramadhan…
                                                            Bengkulu, 30082011

Tiada suka yang terlewati dalam hari
Duka yang mengiringi pun menjadi arti di dalamnya
Setiap perbuatan menggores tinta dalam hati
Setiap kata menggema dalam sanubari
Lantunan irama takbir melelehkan ego
Tanggal penentuan…
Arti harga diri hilang dalam hari fitri
Tak berguna alasan demi gengsi tiada maaf
Semua terasa sia-sia kala cacat tak terungkap dalam ikhlas
Dan semua terasa kering dengan ucapan hati tak memaafkan
Tanggal penentuan…
Kembali fitri
                                                            Bengkulu, 30082011

Begitu banyak kisah yang terukir dalam perjalanan panjang ini
Panjang menurut ku
Tetapi singkat dimata-Nya
Manaqib kehidupan tertulis dalam lembaran kertas arsy’
Dengan Ainul Qolam Ilahiah merenda butiran-butiran air yang mengalir
Dari tiada menjadi ada
Dan kembali tak ada
Menjadi ada…
Menjadi selamanya… selama-lamanya
                                                            Bengkulu, 30082011

Hitungan hari mengingatkanku pada sebuah masa
Dimana kita berdua bergandeng tangan menjalani samudra cinta
Meniti jalan setapak melewati duri-duri rumput manusia dalam sela-sela bebatuan
Tajam kerikil yang menusuk hati terasa nikmat saat kita hadapi dengan hati tenang
Kau menyirami mawar di hati dengan air es
Dengan embun salju ku hiasi melati di hatimu memadamkan api yang mendekat
Hari-hari kita habiskan dengan meminum madu
Tanpa menghiraukan pahit sengatan lebah yang datang
Karena itu hanya hiasan perjalanan demi kebahagiaan
Senyummu menebar ke seluruh gelisah oleh tiupan angin
Sikap ini menghujankan air ke tanah kering dengan padang ilalang yang layu
Semua terjadi dulu….
Samudra yang kita arungi mengamuk dengan badai fitnah
Hiu-hiu bertaring menusuk daging hati memakan semua mawar dan melati
Kita telah mati dalam perasaan ini…
Semua takkan pernah kembali seindah dulu…
Impian yang selalu ingin menggandeng tanganmu telah tenggelam di dalam samudra
Embun saljuku mencair seiring air es mu membeku
Takkan pernah terulang lagi…
                                                            Bengkulu, 30082011

Mau Curhat Malah Bingung




Sebenarnya apa yang saya rasakan hari ini, adalah apa yang saya rasakan beberapa minggu lalu.

Setelah Isya' sejenak ku sandarkan punggungku menghadap leptop pentium dua yang berumur sewindu lebih beberapa bulan.
Tanpa banyak basa-basi, langsung saja pada intinya ya cuy !!!
Tadi waktu habis mandi ane dapet sms dari temen Matapena Banyumas. Intinya dia menanyakan peserta yang dapat Beasiswa Santri Indonesia Menulis collaboration with Komunitas Matapena yang dari Wonosobo siapa? Terus besok ada pelatihan di Jombang ane yang nganter bukan? kalo ane yang mau ngater, tuh temen ane mau titip anaknya bersama ane. Karena eh kareeeenaaa. temen ane ini besok tak bisa nganter anaknya... Gitu cuy.. !!!!
Disini ane cuma mau ngucapi selamat buat anak-anak ane, ada Mba' Amrina Rusda Gita dan Maz Fatlud Rozi yang namanya masuk daftar beasiswa Santri Indonesia Menulis in collaboration with Komunitas Matapena....
cemungudth cemungudth...... ^_^
SUARA AL-ASY'ARIYYAH MANAAAAAAAAAAAA??????
DUKUNG TEMAN KALIAN YA CUY....!!!!!

Monday 26 November 2012

PPTQ Al-Asy'ariyyah




PPTQ Al- Asyariyyah, satu-satunya lembaga pendidikan di Kota Wonosobo Asri yang fokus pada pendalaman ilmu Al-Qur'an namun juga tetap mengikuti perkembangan zaman dengan menyediakan pendidikan formal mulai dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi.
Berbagai spesifikasi kajian ilmu agama bisa secara bebas dipilih oleh kalangan santri sebagai wujud kebebasan dalam memilih sekaligus pembelajaran yang selalu ditanamkan oleh Abah Faqih selaku pengasuh.

Sejarah Berdiri
A.    Periode Pertama; K. Muntaha bin Nida' Muhammad (1832-1859)

Pada tahun 1830 Pangeran Diponegoro ditangkap atas tipu daya Belanda di Magelang termasuk para pengawalnya juga dilucuti. Diantara prajurit pengawalnya yang sempat meloloskan diri dari kejaran Belanda adalah Raden Hadiwijaya dengan nama samaran KH. Muntaha bin Nida' Muhammad. Pada tahun 1832 KH. Muntaha tiba di Desa Kalibeber yang waktu itu sebagai ibu kota Kawedanan Garung. Beliau diterima oleh Mbah Glondong Jogomenggolo, beliau mendirikan Masjid dan Padepokan Santri di Dusun Karangsari, Ngebrak, Kalibeber, dipinggir Sungai Prupuk yang sekarang dijadikan makam keluarga Kyai.

Ditempat ini beliau mengajarkan agama Islam kepada anak-anak dan masyarakat sekitar. Ilmu pokok yang diajarkan adalah baca tulis Al-Qur'an, Tauhid, dan Fiqih. Dengan penuh ketekunan, keuletan dan kesabaran, secara berangsur-angsur masyaraat Kalibeber dan sekitarnya memeluk agama Islam, atas kesadaran mereka sendiri. Mereka meninggalkan adat-istiadat buruknya seperti berjudi, manyabung ayam, minum khomr, dll.

Karena Padepokan Santri lama kelamaan tidak mampu menampung arus santri dan terkena banjir sungai Prupuk maka kegiatan pesantren dipindahkan ketempat yang sekarang dinamai Kauman, Kalibeber. Sedangkan yang tinggal di Padepokan baru yang tidak mau secara sukarela memeluk Islam, atas kemauan sendiri banyak yang meninggalakan kampung itu. Daerah selatan pesantren yang semula dihuni oleh Etnis China akhirnya ditinggalkan penghuninya, dan nama Gang Pecinan sampai sekarang masih dilestarikan. K. Muntaha wafat pada tahun 1860, setelah 26 tahun memimpin pesantren. Beliau digantikan oleh putranya KH. Abdurrochim bin KH. Muntaha.

B. Periode ke-Dua; KH. Abdurrochim (1860-1916)
Mulai tahun 1860, KH. Abdurrochim bin KH. Mutaha menerima estafet tugas mulia memimpin pesantren dari ayahnya. Beliau adalah seorang Kyai yang ahli dalam bidang pertanian dan tidak suka berpolitik praktis. Beliau juga ahli Tasawuf. Sejak mudanya beliau telah dipersiapkan untuk meneruskan perjuangan menyiarkan Islam dan memimpin pesantren. Beliau pernah nyantri di Pondok Pesantren Kyai Abdullah bin KH. Mustahal Jetis, Parakan, Temanggung, bahkan beliau dijadikan menantunya. Dibawah asuhan KH. Abdurrochim pesantren semakin maju. Satu hal yang sangat menarik dari Al-Maghfurllah KH. Abdurrochim adalah keahliannya dalam menulis Al-Qur'an. Sehingga ketika beliau pergi berhaji selama dalam perjalanan beliau menulis Qur'an dengan tangan Beliau sendiri sampai ketika beliau tiba di Kampung halaman penulisan Al-Qur'an tersebut dapat selesai sempurna 30 juz. Peristiwa bersejarah inilah yang nantinya menjadi sumber inspirasi bagi cucu Beliau yaitu Al-Maghfurllah KH. Muntaha Alh untuk membuat Al-Qur'an raksasa, yang menjadi Al-Qur'an terbesar di dunia. Dalam memimpin pesantren beliau masih melestarikan sistem dan materi pendidikan peninggalan ayahandanya. Bertepatan pada tanggal 3 Syawal 1337 H atau 1916 Masehi, KH. Abdurrochim dipanggil yang Maha Kuasa dan dimakamkan dibekas komplek Pondok Karangsari, Ngebrak. Sepeninggalan Beliau, kepemimpinan pesantren diteruskan oleh putranya KH. Asy'ari bin KH. Abdurrochim.

C. Periode ke-tiga; KH. Asy'ari bin KH. Abdurrochim (1917-1949)

KH. Asy'ari mempunyai 2 saudara yaitu; KH. Marzuki dan Nyai Hj. Maemunnah (istri KH. Syuchaimi dari Malaysia). Beliau mempunyai wiridan rutin membaca Dalailul Khoirot kemanapun beliau pergi selalu membawa kitab tersebut. Beliau mempunya dua istri yaitu Nyai Hj. Safinah (Ibu kandung Al-Maghfurllah KH.Muntaha) dan Nyai Hj. Supi'ah (Ibu kandung KH. Mustahal Asy'ari).

KH. Asy'ari pernah nyantri di Krapyak Yogyakarta dan ketika itu Beliau diajak oleh KH. Munawwir untuk mengikuti (ndere'ake) menuntut ilmu di Mekkah selama + 17 tahun. Pada saat nyantri di Mekkah inilah Beliau rutin membaca Al-Qur'an, bahkan setiap hari bisa khatam. selain itu Beliau juga pernah nyantri di Sumolangu, Kebumen, dan Termas Pacitan. Beliau meneruskan kepemimpinan Ayahandanya. Pada masa itu Indonesia telah melahirkan gerakan-gerakan Nasional, baik yang berdasarkan agama maupun kebangsaan. Pada tahun-tahun terakhir kehidupan beliau, Indoneia sedang gigih-gigihnya menentang kembali penjajahan Belanda oleh karena itu pesantren mengalami masa surut sebagian santrinya ikut dalam geriliya melawan Penjajah.

Pada aksi Polisionil kedua (Agresi Militer Belanda II) itu Belanda menyerang wilayah Wonosobo bahkan sampai ke Desa Dero Ngisor + 5 Km dari Kalibeber kesebalah barat. Pondok Pesantren pun tak luput dari amukan Belanda bahkan Al-Qur'an tulisan tangan Al-Maghfurllah KH. Abdurrochim ikut dibakar. Sementara itu KH. Asy'ari yang sudah lanjut usia terpaksa mengungsi ke Dero Duwur + 8 Km dari Kalibeber. Ternyata Belanda tidak berani meneruskan pengejaran Ulama' ini sampai ketempat pengungsian. Dalam pada itu beliau sedang sakit keras dan kemudian wafat dalam pengungsian dan dimakamkan disana pada tanggal 13 Dzulhijah 1371 H/ 1949 M.

Menurut satu sumber yang dapat dipercaya (saksi sejarah yang masih hidup) termasuk dari satu keistimewaan Beliau adalah suatu ketika masjid dan pondok pesantren di bom oleh Belanda namun berkat doa beliau bom tersebut tidak meledak, malah berubah menjadi Singkong (Bodin- Bahasa Kalibeber red). Satu hal yang perlu dicatat bahwa wafatnya KH. Asy'ari teleh menyiapkan putra-putranya untuk kaderisasi kepemimpinan. Seluruh putranya dikirim ke berbagai pondok pesantren satu diantara putranya ialah KH. Muntaha Alh bin KH. Asy'ari

D. Periode ke-empat
1. KH. Muntaha Al-Hafidz bin KH. Asy'ari

KH. Muntaha Alh atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Mbah Munt adalah seorang Ulama' legendaries, dan Kharismatik. Beliau dijuluki sang Maestro Al-Qur'an. Dibawah kepemimpinan Beliau inilah Al-Asy'ariyyah menemui kemajuan yang sangat pesat, dengan pertambahan santri yang menjadi ribuan dan juga pertambahan lembaga-lembaga pendidikan dibawah naungan Yayasan Al-Asy'ariyyah. Dan dengan satu karya yang sangat fenomenal yaitu : Al-Qur'an Akbar (Al-Qur'an terbesar di Dunia) yang kini disimpan di bait Al-Qur'an Taman Mini Indonesia indah (TMII).

Beliau adalah sosok ulama' yang juga pandai berpolitik, semasa masih muda beliau pernah menjadi anggota konstituante dari fraksi NU, tetapi beliau bukanlah politisi. Garis Politik beliau adalah mengutamakan kemaslahatan umat dari pada sekedar kepentingan/ambizi pribadi. Beliau juga seorang pejuang kemerdekaan, Beliau pernah ikut pertempuran di Palagan Ambarawa sebagai Komandan BMT (Barisan Muslim Temanggung). Mbah Munt adalah seorang Ulama' yang serius dan kreatif, sederhana, pemurah, dan seorang pribadi yang berakhlakul karimah. Orang-orang menyebutnya berhati Segara (laut), hatinya bagai samudera luas dan seperti air, setinggi apapun tempatnya air mengalir kearah dan tempat yang lebih rendah.

Dalam perjuangan memasyarakatkan Al-Qur'an, beliau mendirikan Yayasan Himpunan Penghafal Al-Qur'an dan dan pengajian Al-Qur'an. (Jama'atul Qur'an wa Diraasat Al-Qur'anatau YJHQ) yang menghimpun para hafidz-hafidzah se-Kabupaten Wonosobo. Beliau sering menasihati murid-muridnya untuk mengkhatamkan Al-Qur'an minimal seminggu sekali. Beliau juga penyusun Tafsir Maudlu'i yang kini berjudul Tafsir Al-Muntaha.

Beliau adalah hamba Allah dalam arti yang sebenarnya. Dalam zuhud dan taqwa beliau telah sampai pada maqam ma'rifat, keyakinan hatinya begitu tinggi sehingga seluruh hidupnya penuh dengan ketaatan kepada Allah SWT. Jiwa dan makna ma'rifat beliau berbeda sekali dari sikap hidup para zahid yang menjauhi dunia. Sebaliknya Irfan atau daya ma'rifat Mbah Muntaha adalah irfan yang positif dan dinamis, yakni penuh perhatian dan pemahaman terhadap masalah-masalah di sekitarnya. Banyak wali yang hidup zuhud dan menjauhi dunia. Tetapi Beliau adalah wali yang Zahid dan membangun dunia.

Sejak pondok pesantren dipimpin oleh Al-Maghfurllah KH. Muntaha Alh, maka berbagai langkah inovativ dan pengembangan mulai dilakukan diberbagai aspek. Sehingga jika sekarang kita melihat perkembangan pesantren ini tida lain adalah karena jasa dan perjuangan beliau. Langkah pengembangan tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Pengembangan itu antara lain dalam masa-masa awalnya, pesantren pesantren yang lebih mnegkhususkan pada pengkajian dan hafalan Al-Qur'an masih tetap dipertahankan bahkan lebih dikembangkan lagi. Sehingga dalam waktu tidak lama jumlah santripun bertambah banyak.

2. KH. Mustahal Asy'ari bin KH. Asy'ari
Apabila kita membicarakan KH. Muntaha, Alh maka tidak akan berpisah dari tokoh pendampingnya yaitu KH. Mustahal Asy'ari (Adik Beliau). Beliau dilahirkan pada tahun 1926 +14 tahun lebih muda dari KH. Muntaha. Beliau mengawali menuntut ilmu dibawah bimbingan langsung dari ke-dua orang tuanya sendiri. Kemudian beliau mesantren pertama kali kepada Syech KH. Muntaha Parakan Temanggung pada tahun 1946 selama 1 tahun. Kemudian beliau meneruskan nyantri di Lasem dari tahun 1947 sampai dengan 1951.

Setelah itu beliau memperdalam ilmu di Pondok Pesantren Al- Munawwir Krapyak Yogyakarta di bawah bimbingan langsung KH. Munawwir, Alh selama 3 tahun. Selama mesantren beliau "Tirakat" dengan tidak pernah makan nasi selama 13 tahun. Setelah dirasa cukup beliau pulang kerumah untuk membantu dakwah memperjuangkan syari'at islam di Kampung halamannya, Dengan mengawali mendirikan TK dan MI Ma'arif. Pada tahun 1958 beliau melaksanakan sunah Nabi SAW yaitu melangsungkan pernikhan dengan Nyai Tisfiyyah dari Kertijayan, Buaran, Pekalongan. Dari pernikahan ini dikaruniai 6 Orang putra yaitu : Mustaqimah, Masudan Asy'ari, Atho'illah Asy'ari, Mukarromah, Muhammad Muhlis dan Affan Mastur.

Beliau pernah menjabat sebagai Ketua NU, Ketua Fatayat, Ketua Muslimat, Dan Ketua GP Anshor Cabang Wonosobo. Disamping itu beliau adalah sebagai pegawai KUA. Beliau juga menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Wonosobo pada tahun 1961-1966. hal yang sangat patut di teladani oleh para santri adalah ke-istiqomahan beliau, salah satunya ialah dalam hal sholat 5 waktu. Sampai sekrang beliau masih aktif menjadi imam harian di Masjid Baiturrochim.

E. Periode ke-Lima (sekarang) KH. Achmad Faqih Muntaha
Beliau adalah putra sulung KH.Muntaha Alh dari istri yang bernama Nyai Hj Maiyan jariyah, lahir di Kalibeber pada tanggal 3 Maret 1955. beliau akarb dipanggil dengan Abah Faqih. Beliau mempunyai 5 putra dan 1 putri yaitu ;
1. H. Abdurrohman Al-Asy'ari, Alh, S.H.I
2. H. Khairullah Al-Mujtaba, Alh
3. Siti Marliyah
4. Nuruzzaman
5. Fadlurrohman Al-Faqih
6. Ahmad Isbat Caesar

Putra-putri beliau sudah ada yang menyelesaikan pendidikan baik formal maupun non formal, baik S1 maupun tahfidzul Qur'an dan juga pondok pesantren. Bahkan putra beliau yang pertama dan kedua adalah alumnus Yaman "Ribat ta'lim Khadzral maut" dibawah asuhan Habib Salim As-Satiri

1. Riwayat Pendidikan
Beliau menjalani masa kanak-kanak dibawah asuhan langsung dari Almaghfurlah KH. Muntaha Alh. Selain itu beliau juga sekolah formal di SD Kalibeber, sedangkan SMP di Wonosobo yang kemudian melanjutkan di STM juga di Wonosobo setelah selesai sekolah formal bilau dikirim untuk belajar di pesantren seperti kebayakan gus-gus yang lain. Pada tahun 1973 beliau nyantri di Pondok pesantren termas Pacitan dibawah asuhan KH. Chabib Dimyati, sampai tahun 1978. kemudian beliau pindah ke Krapyak yang pada waktu itu diasuh oleh beliau KH. Ali Maksum (juga termasuk salah satu teman seperjuangan Simbah Muntaha Alh) selama 1 tahun. Selanjutnya beliau nyantri lagi di Buaran Pekalongan kepada Al-Mukarrom KH. Syafi'I yang juga terkenal sebagai salah satu teman seperjuangan Al-Maghfurllah Simbah KH. Muntaha Al-Hafidz. Setelah itu pada tahun 1980 beliau pulang ke Kalibeber yang dilanjutkan dengan nyantri di kaliwiro kepada seorang kiyai yang terkenal dengan panggilan Mbah Dimyati. Belum genap satu tahun beliau kemudian melaksanakan akad nikah dengan salah seorang santri kalibeber yang bernama Shofiah binti KH Abdul Qodir Cilongok Banyumas, kendati beliau telah melangsungkan pernikahan, namun bukan berarti akhir dalam menuntut ilmu, karena beliau masih tetap nyantri dengan Mbah dimyati di Kaliwiro selama kurang lebih satu tahun. Ketika di kaliwiro inilah beliau mendalami kitab-kitab yang besar antaralain : Shoheh Bukhori, Shoheh Muslim, Ihya' Ulummuddin, Tafsir Al-Munir, dan lain-lain. Kemudian beliau mukim membantu perjuangan Ayahanda beliau yaitu Simbah KH. Muntaha Al-Hafidz(Alm). Selama masa nyantri tersebut beliau mempunyai hobi yang sangat unik yang sama dengan hobinya Gus Dur yaitu Ziarah Qubur, beliau juga terkenal sebagai santri yang mempunyai dedikasi dan disiplin yang tinggi dan selalu mentaati peraturan (Qonun) pondok pesantren yang ada walaupun beliau adalah putra seorang Ulama besar yang kharismatik.

2. Perjuangan Pendidikan 
Setelah pulang dari pesantren (Mukim pada tahun 1980) beliau aktif membantu mengajar di Pondok pesantren milik Ayahandanya dan ikut perkecimpung dalam masyarakat. Waktu itu santri di kalibeber baru sekitar 50 orang putra dan putri dengan prioritas Tahfidzul Qur'an (menghafal A-Qur'an) dan menggunakan sistem salafy. Pertama kali beliau mengajar pada santrinya yaitu kitab "Burdah" yang bertempat di masjid Baiturrochim. Selain mengajar pada santri beliau juga mengajar Diniyah ba'da dzuhur untuk orang kampung yang waktu itu bertempat di MI Ma'arif. Adapun kitab-kitab yang pernah beliau khatamkan antaralain adalah ;Taqrib, Bidayatul Hidayah, Sulamuttaufik, Safinah, dll sedangkan untuk ilmu nahwu diampu oleh teman beliau yaitu Bp H. Quraisyin.
Disamping mengajar, beliau juga ikut aktif dalam mendirikan lembaga-lembaga formal antara lain : SMP, SMA, SMK Takhassus Al-Qur'an dan IIQ (Sekarang UNSIQ). Beliau juga meneruskan cita-cita ayahanda beliau yang belum terealisir diantaranya; SD Takhassus Al-Qur'an, Darul Aitam, Menara Masjid Baiturrochim, dan gedung baru Pondok Pesantren Al-Asy'ariyyah. Beliau juga mendirikan kelas jauh diantaranya adalah : SMA Takhassus Al-Qur'an di Kepil, SMP + SMA Takhassus Al-Qur'an di Ndero duwur plus Pondok pesantren tanpa pemungutan biaya, Pondok Pesantren + SMA dan SMP Takhassus Al-Qur'an di Kalimantan barat, SMP TAQ Di Majalengka, di Tumiyang Purwokerto, di Buntu Banyumas, serta di Baran Gunung Ambarawa, dan masih banyak lagi. Satu cita-cita beliau yang belum terrealisasi adalah menjadikan Kalibeber sebagai "Semacam Vatikan" di Indonesia. Dimana nanti setiap fatwa dari kalibeber akan di patuhi oleh semua pemeluk islam diseantereo Nusantara.

3. Perjuangan Organisasi
Dalam bidang organisasi beliau aktif di Mabarot. Dan selanjutnya aktif di Tanfidziyah Ranting kalibeber, sekretaris MWC Mojotengah. Tercatat mulai Tahun 1996 sampai sekarang beliau aktif sebagai Mustasyar NU cabang Wonosobo. Dulunya Beliau juga aktif dalam partai politik antara lain P3, Golkar dan PKB. Namun demi kemaslahatan umat mulai tahun 2004 hingga sekarang beliau netral. Selain itu beliau juga menjadi salah satu sesepuh di Kalibeber bahkan diWonosobo beliau termasuk salah satu Kiyai yang paling disegani. {po}

Tak Pernah Ada Judul




Dengan tulisan jelek selama 1 bulan lebih aku telah tuliskan ribuan lebih kata-kata indah, melahirkan sajak-sajak cinta yang tak dapat dipahami, kecuali oleh orang-orang yang mempunayi ilmu seni cinta. Mungkin nanti, entah esok atau kapan, tulisan jelekku akan menjadi pembungkus nasi bahkan tempe dan akhirnya dibuang.

Tak sempat aku tundukkan pandangan saat aku tatap gadis diwaktu berjalan. Aku lempar senyum dan dia membalas, hanya mata yang berbicara saat aku melihatnya diam-diam, mulut tak mampu mengungkap makna yang terpendam dalam hati yang terdalam.
            Bagaimana aku harus mengungkapkan sebab dan rasa cintaku padanya? bila ini semua bukan kesengajaan tetapi kecelakaan.?
            Andai saja waktu itu ku tundukkan pandangan ku, mungkin aku takkan terjatuh dalam perangkap cinta, semua ini adalah kecelakaan dan bukan kesengajaan. Aku terluka parah karena cinta, sedangkan obat penawar lukaku adalah dirinya yang ku cinta, tapi sampai saat ini aku hanya mampu diam dan bisu untuk mengobati luka ku dengan mengungkapkan perasaan cinta padanya.
            Percuma kebal senjata bila hanya karena cinta aku tak berdaya. Aku tak butuh hiburan, aku tak butuh penyemangat, aku tak butuh mental, yang ku butuhkan adalah prisai hati agar aku tak mempan disakiti.
Ku lampiaskan segala kerusuhan hati dengan kepulan asap rokok dan secangkir kopi. Aku menikmati hidup ini seolah hidup di surga. Tapi, semua itu tak bisa menepis rasa cintaku padanya.
Aku sangat sadar bahwa terlalu tinggi dan terlalu jauh bagiku tuk berfikir bisa melewati hari-hariku bersamanya, apalagi memilikinya dan membahagiakannya. Aku merasa, di hadapannya aku hanyalah rumput kering yang tak berguna dan hanya akan mengotori kehidupannya jika ia mendekatiku dan bersamaku.
Mencintainya adalah kesalahan terbesar dalam hidupku, karena aku tak ada apa-apanya dibandingkan dirinya.
Mungkin benar kemarin aku mencintainya sebagai seorang teman, namun tidak menutup kemungkinan saat ini rasa itu berubah menjadi rasa cinta kepada seorang kekasih. Aku dapat melihat hal itu pada diriku, dari kecelakaan pada waktu.
Maafkan aku yang telah menjadi pungguk merindukan bulan baginya, aku hanya ingin dia tahu akan perasaanku ini. Aku tak begitu berharap dia kan menyambut cintaku, karena ku takut aku kan menjadi hijab yang menyatir kenikmatan beribadah dan membuat ke-alphaan dalam indah masa-masa beribadahnya pada-Nya.

Kalber, 28062011

Kalibeber dan Mbah Mun




Kalibeber...
Sudah tujuh tahun berlalu ku di sini
Kau telah banyak berubah dengan perkembangan zamannya
Tak tampak wujud tawadhu' mu kepada almaghfurlah
Begitupun yang ku rasakan...
Tujuh tahun telah berlalu
Entah apa yang ku dapatkan untuk ku bawa pulang
Kalibeber...
Tujuh tahun telah berlalu
Serasa baru kemaren aku ditinggalkan sesosok wujud kharismatik
Rasa itu masih terasa di hati
Melekat erat dalam nurani yang merindukan sosoknya...
Apa kabar beliau di alam sana...?
Kalibeber...
Begitu banyak santri yang mendatangimu
Membuka setiap relung jalanmu dalam kelam malam
Ada juga yang menutup mata di dalam gelap
Entah apa lagi esok...?
Aku malu pada beliau
Aku malu....
Apa yang akan ku ungkapkan pada beliau ketika di sana aku ditanya tentang mu...?
Tentang apa yang telah ku dapatkan dari mu...
Tentang apa bekal yang ku kantongkan dari mu...
Kalibeber...
Telah lahir Mbah Mun-Mbah Mun yang mewarisi ilmu beliau
Tetapi itu bukanlah beliau...
Masih banyak lagi mereka yang tak mewarisi ilmu...
Tak tampak wujud tawadhu' mereka pada beliau
Begitupun yang ku rasakan...
Aku malu...
Tujuh tahun telah berlalu
Serasa baru kemaren aku ditinggalkan sesosok Mbah Mun
Kalibeber...
Apa masadepan mu...?
Apa pula masadepan ku...?
Kalibeber.....
Sudah lama aku di sini
Menimba dan terus menggali
Mengapa malam ini aku baru menyadari
Sejuknya kalam tak pernah aku temui
Dalam relung pesisir hati tak pernah aku mengerti
Hina diri tak pernah terselami
Aku terpuruk dalam himpitan ilmu yang tak pernah dicari
Maafkan aku kiyai...
Kalibeber......
                                                                                                            Al-asy', 09052011

Kalibeber dan Mbah Mun

Oleh: Afsyah Room Fransas

Kalibeber...
Sudah tujuh tahun berlalu ku di sini
Kau telah banyak berubah dengan perkembangan zamannya
Tak tampak wujud tawadhu' mu kepada almaghfurlah
Begitupun yang ku rasakan...
Tujuh tahun telah berlalu
Entah apa yang ku dapatkan untuk ku bawa pulang
Kalibeber...
Tujuh tahun telah berlalu
Serasa baru kemaren aku ditinggalkan sesosok wujud kharismatik
Rasa itu masih terasa di hati
Melekat erat dalam nurani yang merindukan sosoknya...
Apa kabar beliau di alam sana...?
Kalibeber...
Begitu banyak santri yang mendatangimu
Membuka setiap relung jalanmu dalam kelam malam
Ada juga yang menutup mata di dalam gelap
Entah apa lagi esok...?
Aku malu pada beliau
Aku malu....
Apa yang akan ku ungkapkan pada beliau ketika di sana aku ditanya tentang mu...?
Tentang apa yang telah ku dapatkan dari mu...
Tentang apa bekal yang ku kantongkan dari mu...
Kalibeber...
Telah lahir Mbah Mun-Mbah Mun yang mewarisi ilmu beliau
Tetapi itu bukanlah beliau...
Masih banyak lagi mereka yang tak mewarisi ilmu...
Tak tampak wujud tawadhu' mereka pada beliau
Begitupun yang ku rasakan...
Aku malu...
Tujuh tahun telah berlalu
Serasa baru kemaren aku ditinggalkan sesosok Mbah Mun
Kalibeber...
Apa masadepan mu...?
Apa pula masadepan ku...?
Kalibeber.....
Sudah lama aku di sini
Menimba dan terus menggali
Mengapa malam ini aku baru menyadari
Sejuknya kalam tak pernah aku temui
Dalam relung pesisir hati tak pernah aku mengerti
Hina diri tak pernah terselami
Aku terpuruk dalam himpitan ilmu yang tak pernah dicari
Maafkan aku kiyai...
Kalibeber......
                                                                                                            Al-asy', 09052011


















LAPORAN KEUANGAN LIK IBAH

A.     PEMASUKAN
1.      Transver                                       : Rp. 8.000.000

B.     PENGELUARAN
1.      SEKOLAH
-          Pendaftaran SMP                    : Rp.   20.000
-          Daftar Ulang                            : Rp. 550.000
-          Seragam Sekolah                    : Rp. 591.000
-          SPP 1 Tahun                           : Rp. 275.000

2.      PESANTREN
-          Daftar Pondok                         : Rp. 620.000
-          Daftar Diniah                           : Rp.   80.000
-          Kitab                                       : Rp.   60.000

3.      PERLENGKAPAN
-          Kasur                                      : Rp.105.000
-          Bantal &Sarung Bantal           : Rp.  22.500 +
Jumlah                                    : Rp. 2.323.500

C.     TANGGUNGAN
-          Pendaftaran TPQ
-          Buku-buku Qiroati
-          Syahriah TPQ
-          Syahriah Pondok
-          Uang Makan
-          BP3 Sekolah
-          ATK