Bukan perasaan yang membuatku menjadi begini, tapi entah mengapa
aku masih menganggap bahwa perasaanlah yang membuatku seperti ini.
Perjalanan kisahku tak bertahan sampai bumi berhenti bergerak. Aku
pasti akan meninggalkan dunia dengan segala isinya, tak menutup kemungkinan
kalian, dan itu pasti. Perputaran roda kehidupan telah memberi warna yang indah
pada setiap episodenya. Adapun warna kelam itu hanya sebuah keindahan yang
tercoreng tak karuan. Sesat itupun akan hilang atau sedikit memakan waktu lama
untuk benar-benar hilang.
Masih saja aku menepi dalam keraguan mencintai. Cinta tak berwujud
tak berbentuk, tapi cinta melahirkan kelakuan, dan gerakan serta perwujudan.
Mengapa aku menyalahkan cinta yang hadir dalam hari-hariku? Mengapa aku
menganggap cinta adalah musibah yang mengisi hati ini? Mengapa dan mengapa
harus ada cinta jika tak ada sesuatu yang bisa dicintai kala semua menjauh dan
pergi? Kembali pada Tuhankah cinta itu? Atau sengaja cinta diciptakan hanya
untuk mencintai Tuhan?
Banyak manusia membicarakan cinta, pun tidak sedikit manusia yang
mengharapkan cinta yang hadir karena Tuhan. Adakah mereka juga mencintai Tuhan
dengan cinta yang sebenarnya? Mengapa dengan entengnya mereka meminta hadirnya
cinta yang hanya karena-Nya?
Cinta… cinta… dan cinta… selalu saja setiap perkara terselip dengan
nama cinta.
“Aku mencintaimu karena Tuhan-ku”, “aku berteman karena cinta”,
“aku mengasihi karena cinta”, “aku belajar karena cinta”, “aku bekerja karena
cinta”. Aku, aku, aku cinta, cinta cinta cinta.
Seperti ingin menghapus kata cinta. Ku ingin melihat dunia sehari
tanpa cinta.
Rabu,
1010’12
wah sepertinya si mas bro ini lagi menggalau sehingga begitu siriknya dengan cinta
ReplyDeletehehehe bukan sirik terhadap cinta. hanya begitu bingungnya memahami cinta. ^_^
ReplyDelete