Dengan
tulisan jelek selama 1 bulan lebih aku telah tuliskan ribuan lebih kata-kata
indah, melahirkan sajak-sajak cinta yang tak dapat dipahami, kecuali oleh
orang-orang yang mempunayi ilmu seni cinta. Mungkin nanti, entah esok atau
kapan, tulisan jelekku akan menjadi pembungkus nasi bahkan tempe dan akhirnya
dibuang.
Tak
sempat aku tundukkan pandangan saat aku tatap gadis diwaktu berjalan. Aku
lempar senyum dan dia membalas, hanya mata yang berbicara saat aku melihatnya
diam-diam, mulut tak mampu mengungkap makna yang terpendam dalam hati yang
terdalam.
Bagaimana
aku harus mengungkapkan sebab dan rasa cintaku padanya? bila ini semua bukan
kesengajaan tetapi kecelakaan.?
Andai
saja waktu itu ku tundukkan pandangan ku, mungkin aku takkan terjatuh dalam perangkap
cinta, semua ini adalah kecelakaan dan bukan kesengajaan. Aku terluka parah
karena cinta, sedangkan obat penawar lukaku adalah dirinya yang ku cinta, tapi
sampai saat ini aku hanya mampu diam dan bisu untuk mengobati luka ku dengan
mengungkapkan perasaan cinta padanya.
Percuma
kebal senjata bila hanya karena cinta aku tak berdaya. Aku tak butuh hiburan,
aku tak butuh penyemangat, aku tak butuh mental, yang ku butuhkan adalah prisai
hati agar aku tak mempan disakiti.
Ku
lampiaskan segala kerusuhan hati dengan kepulan asap rokok dan secangkir kopi.
Aku menikmati hidup ini seolah hidup di surga. Tapi, semua itu tak bisa menepis
rasa cintaku padanya.
Aku
sangat sadar bahwa terlalu tinggi dan terlalu jauh bagiku tuk berfikir bisa
melewati hari-hariku bersamanya, apalagi memilikinya dan membahagiakannya. Aku
merasa, di hadapannya aku hanyalah rumput kering yang tak berguna dan hanya
akan mengotori kehidupannya jika ia mendekatiku dan bersamaku.
Mencintainya
adalah kesalahan terbesar dalam hidupku, karena aku tak ada apa-apanya
dibandingkan dirinya.
Mungkin
benar kemarin aku mencintainya sebagai seorang teman, namun tidak menutup
kemungkinan saat ini rasa itu berubah menjadi rasa cinta kepada seorang
kekasih. Aku dapat melihat hal itu pada diriku, dari kecelakaan pada waktu.
Maafkan
aku yang telah menjadi pungguk merindukan bulan baginya, aku hanya ingin dia
tahu akan perasaanku ini. Aku tak begitu berharap dia kan menyambut cintaku,
karena ku takut aku kan menjadi hijab yang menyatir kenikmatan beribadah dan
membuat ke-alphaan dalam indah masa-masa beribadahnya pada-Nya.
Kalber, 28062011
No comments:
Post a Comment