Saturday 26 January 2013

Perjalanan Nama Cinta




Dengan tulisan jelek selama 1 bulan lebih aku telah tuliskan ribuan lebih kata-kata indah, melahirkan sajak-sajak cinta yang tak dapat dipahami, kecuali oleh orang-orang yang mempunayi ilmu seni cinta. Mungkin nanti, entah esok atau kapan, tulisan jelekku akan menjadi pembungkus nasi bahkan pecel dan akhirnya dibuang.

Tak sempat aku tundukkan pandangan saat aku tatap gadis di waktu berjalan. Aku lempar senyum dan dia membalas, hanya mata yang berbicara saat aku melihatnya diam-diam, mulut tak mampu mengungkap makna yang terpendam dalam hati yang terdalam.

Bagaimana aku harus mengungkapkan sebab dan rasa cintaku padanya? Bila ini semua bukan kesengajaan tetapi kecelakaan?

Andai saja waktu itu ku tundukkan pandangan ku, mungkin aku takkan terjatuh dalam perangkap cinta, semua ini adalah kecelakaan dan bukan kesengajaan. Aku terluka parah karena cinta, sedangkan obat penawar lukaku adalah dirinya yang ku cinta, tapi sampai saat ini aku hanya mampu diam dam bisu untuk mengobati luka ku dengan mengungkapkan perasaan cinta padanya.

Percuma kebal senjata bila hanya karena cinta aku tak berdaya. Aku tak butuh hiburan, aku tak butuh penyemangat, aku tak butuh mental, yang ku butuhkan adalah prisai hati agar aku tak mempan disakiti.

Ku lampiaskan segala kerusuhan hati dengan kepulan asap rokok dan secangkir kopi. Aku menikmati hidup ini seolah hidup di surga. Tapi, semua itu tak bisa menepis rasa cintaku padanya.

Aku sangat sadar bahwa terlalu tinggi dan terlalu jauh bagiku tuk berfikir bisa melewati hari-hariku bersamanya, apalagi memilikinya dan membahagiakannya. Aku merasa, di hadapannya aku hanyalah rumput kering yang tak berguna dan hanya akan mengotori kehidupannya jika ia mendekatiku dan bersamaku.

Mencintainya adalah kesalahan terbesar dalam hidupku, karena aku tak ada apa-apanya dibandingkan dirinya.

Mungkin benar kemarin aku mencintainya sebagai seorang teman, namun tidak menutup kemungkinan saat ini rasa itu berubah menjadi rasa cinta kepada seorang kekasih. Aku dapat melihat hal itu pada diriku, dari kecelakaan pada waktu.

Maafkan aku yang telah menjadi pungguk merindukan bulan baginya, aku hanya ingin dia tahu akan perasaanku ini. Aku tak begitu berharap dia kan menyambut cintaku, karena ku takut aku kan menjadi hijab yang menyatir kenikmatan beribadah dan membuat ke-alphaan dalam indah masa-masa beribadahnya pada-Nya.

MD  2009

No comments:

Post a Comment